BRONKHITIS KRONIS
Oleh
: Mahmud Azhari
A. Definisi
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus
dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau
paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak
terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Bronkitis kronis didefinisikan
sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama
2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002).
Istilah bronchitis kronis
menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun (berlangsung lama) dan
disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari luar bronchus maupun
dari bronchus itu sendiri, merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi
mukus trakeobronkial yang berlebihan sehingga cukup untuk menimbulkan batuk
dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk lebih dari 2 tahun
secara berturut-turut.
B. Etiologi
Terdapat
tiga jenis penyebab bronkhitis , yaitu:
a. Infeksi: Staphylococcus
(stafilokokus), Streptococcus (streptokokus), Pneumococcus (pneumokokus),
Haemophilus influenza
b. Alergi
c. Rangsangan lingkungan, misal: asap
pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
Bronkhitis
kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
a.
Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup
maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan
sehingga infeksi bakteri mudah terjadi
b. Infeksi
sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkhus.
c.
Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi
dinding bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok
dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri.
C. Patofisiologi
Dokter
akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami
produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling
sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan
bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan
timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema
mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi
jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis,
aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.
Pasien
dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah
kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat
menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.
Bronkhitis
kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan
memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang
kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama
ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi
alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan
ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2
Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat
sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia
(produksi eritrosit berlebihan).
D.
Tanda dan
Gejala
Gejala dan tanda
klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan beratnya
penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas
pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya
haemaptoe dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat
pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit
yang ringan.
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :
Keluhan-keluhan:
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :
Keluhan-keluhan:
1. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
a. Lapisan
teratas agak keruh
b. Lapisan
tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
c. Lapisan
terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).
2. Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik )
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik )
Pada dry bronchitis
( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena bronchitis
jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah
menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya
minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab
utama komplikasi haemaptoe.
3. Sesak
nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar
pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak
nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi
sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis
paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara
mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau
tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
4. Demam
berulang
Bronchitis merupakan
penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus
maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
5. Kelainan
fisis
Tanda-tanda umum
yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis komplikasi
bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda
korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang
jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku
kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural
atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas
serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi
dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat
terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi
komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia.
Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
E.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan
radiologis Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang
paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan
bronchus yang menebal, corak paru bertambah
2. Analisa
gas darah
-
Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)
-
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
-
Saturasi hemoglobin menurun.
-
Eritropoesis bertambah.
F.
Penatalaksanaan
Pengobatan utama
ditujukan untuk mencegah, mengontrol infeksi, dan meningkatkan drainase
bronkhial menjadi jernih. Pengobatan yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Antimicrobial
2. Postural
drainase
3. Bronchodilator
4. Aerosolized
Nebulizer
5. Surgical
Intervention
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Identitas
Nama :
Umur :
Kelamin : pada penelitian ditemukan
kebanyakan pada laki-laki
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2.
Keluhan
Utama : Batuk
3.
Riwayat Penyakit Sekarang : apakah batuk disertai dengan produksi
sputum? apakah sering terjadi pada pagi hari dan dalam jangka waktu yang lama?
4.
Riwayat Penyakit Dahulu :apakah ada riwayat batuk yang berlangsung
lama (3 bulan atau lebih)
5.
Riwayat Penyakit Keluarga : sering didapatkan bahwa anak dari
orang tua perokok dapat menderita penyakit pernapasan lebih sering dan lebih
berat serta prevalensi terhadap gangguan pernapasan kronik lebih tinggi. Selain
itu, klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan perokok (perokok pasif)
mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah. Dari keterangan tersebut
untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis kronik berkaitan dengan polusi
udara rumah, dan bukan penyakit yang diturunkan
B.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : lemah, sianosis?,
Kesadaran? TTV? BB?
2. Sistem Kardiovaskuler : Irama jantung, nyeri dada, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Distensi
vena leher, Bunyi jantung redup.
3. Sistem Pernapasan : Pola Napas, jenis : Dispnea? Batuk (+) Suara
Nafas tambahan : Ronchi, Wheezing ( akibat obstruksi bronkus),Haemaptoe , Sputum (+),
Sianosis, apakah terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan?, Barrel chest?
4. Sistem Muskuloskeletal dan Intergumen : Kelemahan umum/kehilangan massa otot, edema, akral hangat
5. Sistem Genetourinaria : BAK, urine output, warna
6. Sistem Pencernaan : Mual/muntah?
nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan, penurunan berat badan
7. Sistem Neurosensori : Gelisah,
insomnia
8. Sistem Pengindraan : Panciuman terganggu akibat adanya secret, apakah ada
system pengindraan yang gangguan
Subjektif :
1.
Pasien mengatakan hidungnya tersumbat
2.
Pasien mengatakan sesak napas
3.
pasien mengatakan tidak nafsu makan
Objektif :
1.
Suara Nafas tambahan : Ronchi, Wheezing ( akibat obstruksi
bronkus)
2.
Sputum (+)
3.
Pola Napas tidak teratur : Dispnea, Edema, terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan
4.
Sianosis
5.
Pa
O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg) Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
6.
Saturasi
hemoglobin menurun.
7.
Eritropoesis
bertambah
8.
Mual/muntah,
nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan
9.
Penurunan
berat badan
C.
Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa gas darah
2. Radiologi
D.
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi secret
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi
KH : Suara nafas (vesicular) Secret (-), RR: 16-24x/menit
Intervensi :
Pengkajian
1.
Auskultasi
bunyi nafas
2.
Kaji/pantau
frekuensi pernafasan.
3.
Observasi
karakteristik batuk
HE
4.
informasikan
kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang
didalam ruang perawatan
5.
intruksikan
kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya
sekresi
Kolaborasi
6.
Berikan
obat sesuai indikasi : bronkodilator, Xantin, Kromolin, Steroid oral/IV dan
inhalasi, antimikrobial, analgesik
7.
Berikan
humidifikasi tambahan(nebulizer)
Aktivitas Lain
8.
Pertahankan
polusi lingkungan minimum
2.
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan pertukaran gas teratasi
KH : pCO3 (normal), pO2 (normal), sianosis
(-) Hemoglobin (normal)
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan pertukaran gas teratasi
Intervensi : Pengkajian
1. Kaji frekuensi, kedalaman
pernafasan.
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Awasi tanda vital dan irama jantung
dan Awasi GDA
HE
4. Ajarkan pasien pernafasan
diafragmatik dan pernafasan bibir
5. Jelaskan kepada pasien dan keluarga
alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya.
Kolaborasi
6. Berikan O2 tambahan sesuai dengan
indikasi hasil GDA
7. Berikan obat yang
diresepkan(misalnya:natrium bikaronat)
Aktivitas Lain
8. Jelaskan kepada pasien sebelum
memulai pelaksanaan prosedur,untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa
kendali.
9. Lakukan hygiene mulut secara
teratur.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea,
anoreksia, mual muntah
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan teratasi
KH : Makan
(3x/hr), Minum (8 gls/hr), Mual (-), BB ideal
Intervensi : Pengkajian
1.
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2.
Kaji kebiasaan diet,masuakan saat ini Catat derajat kesulitan
makan.Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
HE
3.
Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal.
4.
Ajarkan metode untuk perencanaan makan.
Aktivitas Kolaboratif
5.
Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan
yang mudah dicerna,secara nutrisi seimbang,misalnya nutrisi tambahan
oral/selang,nutrisi parenteral total agar asupan yang kalori yang adekuat dapat
dipertahankan.
6.
Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Aktivitas lain
7.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat
9.
Timbang
berat badan sesuai indikasi
Daftar Pustaka
1.
“Asuhan
Keperawatan Bronkhitis”, http://www.scribd.com/document_downloads/76198016?secret_password=&extension=docx
2.
“Asuhan
Keperawatan Bronkhitis”, http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-bronkitis.html
3.
Barabara
Engram, 1998, “Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah
Volume 2”, EGC, Bandung
Volume 2”, EGC, Bandung
4.
Brunner
& Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 3.
Jakarta, EGC
How To Play Baccarat: A Beginner's Guide to Baccarat
BalasHapusBaccarat is an American-style game played with two cards. The dealer makes two 바카라 bets on two numbers. Players 메리트 카지노 then 바카라 play the bet on which one player will