Senin, 07 Mei 2012

askep bronchitis kronis


BRONKHITIS KRONIS
Oleh : Mahmud Azhari


A.     Definisi
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002).
Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari luar bronchus maupun dari bronchus itu sendiri, merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang berlebihan sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk lebih dari 2 tahun secara berturut-turut.
B.     Etiologi
Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis , yaitu:
a.       Infeksi: Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus (streptokokus), Pneumococcus (pneumokokus), Haemophilus influenza
b.      Alergi
c.       Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh, yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang dapat menyerang dinding bronkhus.
c. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

C.     Patofisiologi
Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a.       Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan produksi mukus.
b.      Mukus lebih kental
c.       Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.
Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).

D.     Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :
Keluhan-keluhan:
1.      Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
a.    Lapisan teratas agak keruh
b.   Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
c.    Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang  rusak ( celluler debris ).
2.      Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik )
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe.
3.      Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
4.      Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
5.      Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
E.     Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan radiologis Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal, corak paru bertambah
2.      Analisa gas darah
- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)
- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- Saturasi hemoglobin menurun.
- Eritropoesis bertambah.
F.     Penatalaksanaan
Pengobatan utama ditujukan untuk mencegah, mengontrol infeksi, dan meningkatkan drainase bronkhial menjadi jernih. Pengobatan yang diberikan adalah sebagai berikut:
1.      Antimicrobial
2.      Postural drainase
3.      Bronchodilator
4.      Aerosolized Nebulizer
5.      Surgical Intervention














ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Identitas
Nama :
Umur :
Kelamin : pada penelitian ditemukan kebanyakan pada laki-laki
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2.      Keluhan Utama : Batuk
3.      Riwayat Penyakit Sekarang : apakah batuk disertai dengan produksi sputum? apakah sering terjadi pada pagi hari dan dalam jangka waktu yang lama?
4.      Riwayat Penyakit Dahulu :apakah ada riwayat batuk yang berlangsung lama (3 bulan atau lebih)
5.      Riwayat Penyakit Keluarga : sering didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit pernapasan lebih sering dan lebih berat serta prevalensi terhadap gangguan pernapasan kronik lebih tinggi. Selain itu, klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan perokok (perokok pasif) mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah. Dari keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis kronik berkaitan dengan polusi udara rumah, dan bukan penyakit yang diturunkan

B.     Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan Umum : lemah, sianosis?, Kesadaran? TTV? BB?
2.      Sistem Kardiovaskuler : Irama jantung, nyeri dada, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Distensi vena leher, Bunyi jantung redup.
3.      Sistem Pernapasan : Pola Napas, jenis : Dispnea? Batuk (+) Suara Nafas tambahan : Ronchi, Wheezing ( akibat obstruksi bronkus),Haemaptoe , Sputum (+), Sianosis, apakah terdapat penggunaan otot bantu pernapasan?, Barrel chest?
4.      Sistem Muskuloskeletal dan Intergumen :  Kelemahan umum/kehilangan massa otot, edema, akral hangat
5.      Sistem Genetourinaria : BAK, urine output, warna
6.      Sistem Pencernaan : Mual/muntah? nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan, penurunan berat badan
7.      Sistem Neurosensori : Gelisah, insomnia
8.      Sistem Pengindraan : Panciuman terganggu akibat adanya secret, apakah ada system pengindraan yang gangguan
Subjektif :
1.      Pasien mengatakan hidungnya tersumbat
2.      Pasien mengatakan sesak napas
3.      pasien mengatakan tidak nafsu makan

Objektif :
1.      Suara Nafas tambahan : Ronchi, Wheezing ( akibat obstruksi bronkus)
2.      Sputum (+)
3.      Pola Napas tidak teratur : Dispnea, Edema, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
4.      Sianosis
5.      Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg) Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
6.      Saturasi hemoglobin menurun.
7.      Eritropoesis bertambah
8.      Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan
9.      Penurunan berat badan

C.    Pemeriksaan Penunjang
1.       Analisa gas darah
2.      Radiologi






D.    Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi secret
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi
KH : Suara nafas (vesicular) Secret (-), RR: 16-24x/menit
Intervensi :
Pengkajian
1.      Auskultasi bunyi nafas
2.      Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
3.      Observasi karakteristik batuk
HE
4.      informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang didalam ruang perawatan
5.      intruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi
Kolaborasi
6.      Berikan obat sesuai indikasi : bronkodilator, Xantin, Kromolin, Steroid oral/IV dan inhalasi, antimikrobial, analgesik
7.      Berikan humidifikasi tambahan(nebulizer)
Aktivitas Lain
8.      Pertahankan polusi lingkungan minimum

2.      Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan pertukaran gas teratasi
KH : pCO3  (normal), pO2 (normal), sianosis (-) Hemoglobin (normal)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan pertukaran gas teratasi
Intervensi : Pengkajian
1.      Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
2.      Auskultasi bunyi nafas
3.      Awasi tanda vital dan irama jantung dan Awasi GDA
HE
4.      Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
5.      Jelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya.
            Kolaborasi
6.      Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
7.      Berikan obat yang diresepkan(misalnya:natrium bikaronat)
            Aktivitas Lain
8.      Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur,untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali.
9.      Lakukan hygiene mulut secara teratur.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea, anoreksia, mual muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi

KH : Makan (3x/hr), Minum (8 gls/hr), Mual (-), BB ideal


            Intervensi : Pengkajian
1.      Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2.      Kaji kebiasaan diet,masuakan saat ini Catat derajat kesulitan makan.Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
            HE
3.      Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.
4.      Ajarkan metode untuk perencanaan makan.
            Aktivitas Kolaboratif
5.      Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah dicerna,secara nutrisi seimbang,misalnya nutrisi tambahan oral/selang,nutrisi parenteral total agar asupan yang kalori yang adekuat dapat dipertahankan.
6.      Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
     Aktivitas lain
7.      Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat
9.      Timbang berat badan sesuai indikasi















Daftar Pustaka

3.      Barabara Engram, 1998, “Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah
Volume 2”, EGC, Bandung
4.      Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 3. Jakarta, EGC

1 komentar:

  1. How To Play Baccarat: A Beginner's Guide to Baccarat
    Baccarat is an American-style game played with two cards. The dealer makes two 바카라 bets on two numbers. Players 메리트 카지노 then 바카라 play the bet on which one player will

    BalasHapus